undefined
undefined
undefined
Pengertian
Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum
berasal dari kata dalam Bahasa Latin curerer yaitu pelari, dan curere yang
artinya tempat berlari. Pada awalnya kurikulum adalah suatu jarak yang harus
ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai dengan finish. Kemudian
pengertian kurikulum tersebut digunakan dalam dunia pendidikan, dengan
pengertian sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang
harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan.
Pengertian
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum
yang melakukan penyederhanaan, dan tematik-integratif, menambah jam
pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih
baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih
kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses
dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa
depan yang lebih baik.
Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum 2013
Keunggulan Kurikulum 2013
- Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
2. Siswa harus aktif.
Tak
seperti kurikulum sebelumya materi di kurikulum terbaru ini lebih ke pemecahan
masalah. Jadi siswa untuk aktif mencari informasi agar tidak ketinggalan materi
pembelajar.
3. Penilaian di dapat dari semua aspek. Pengambilan
nilai siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujianya saja tetapi juga di dapat
dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.
4. Guru harus Kreatif. Guru mampu
mengkolaborasikan berbagai macam model-model pembelajaran untuk lebih menarik
dan memotivasi siswa dalam proses KBM.
5. Membuat guru memiliki keterampilan
membuat RPP dan menerapkan pendekatan Scientific secara benar.
6. Kurikulum 2013 bertentangan dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional karena
penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi pragmatis.
Selain itu, kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sehingga dalam pelaksanaannya
bisa membingungkan guru dan pemangku pendidikan.
7. Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak
ada perbedaan antara anak desa atau kota. Seringkali anak di desa cenderung
tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi mereka.
8. Merangsang pendidikan siswa dari awal,
misalnya melalui jenjang pendidikan anak usia dini.
9. Kesiapan terletak pada guru. Guru juga
harus terus dipacu kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan
calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus.
Kelemahan
Kurikulum 2013
- Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
- Guru jarang menjelaskan. Guru banyak yang beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini, guru tidak perlu menjelaskan materinya. Padahal kita tahu bahwa belajar matematika, fisika, dan lain-lain tidak cukup hanya membaca saja. Apalagi buku paket yang belum dibagikan oleh pemerintah.
- Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.
- Tidak adanya keseimbangan antara orientasi dari proses pembelajaran dengan hasil dalam kurikulum 2013 itu sendiri. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan pada ujian nasional (UN) masih juga diberlakukan. UN hanya mampu mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan justru sama sekali tidak memperhatikan proses upaya pembelajaran. Hal ini akan berdampak pada dikesampingkannya subjek mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN tersebut. Padahal, mata pelajaran non-UN juga mampu memberikan kontribusi yang besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan.